Jumat, 14 Februari 2020

Jadikanlah kita terkenal di langit

Oleh: Drs. H. Alif Syarifudin, M. Hum

يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ ۖ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ ۚ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ

Qs. 14: 27
27. Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (dalam kehidupan) di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.

Tafsirnya;
Ayat ini mengajarkan kita bagaimana agar saat kita meninggal dunia bisa mengakhirinya dg kalimat
لااله الا الله
Sebelum hamba yg beriman meninggal dunia turunlah para malaikat dari langit yg berparas putih cerah bagaikan sinar matahari. Para malaikat membawa kain kafan dari surga beserta hanuth (resep bak minyak wangi khusus dari surga) malaikat datang sebanyak sejauh mata memandang.

1. Datanglah malakul maut sambil berkata, "keluarlah wahai ruh yg baik, penuhi panggilan Alloh utk mendapat ampunan dan ridho-Nya"
2. Ruh orang beriman menjawab, "Aku siap memenuhi seruanmu"
3. Keluarlah ruh orang beriman bagaikan tetesan air dari mulut tempat air
4. Ketika ruh orang beriman keluar, seketika itu pula para Malaikat yang ada di dekatnya, langsung mengambil dan meletakkan ruhnya ke dalam kain kafan dari surga dan hanuuth
5. Ruh org beriman dibawanya ke langit. Sepanjang perjalanan antara bumi dan langit sekumpulan malaikat lain bertanya, "Siapakah ruh yang sangat wangi ini?" Kemudian para malaikat yg membawa menyebutkan nama org yg punya ruh ini dg nama yg paling baik yg pernah diberikan manusia semasa hidupnya.
6. Setibanya di langit pertàma, malaikat pengiring ruh org beriman minta dibukakan pintu langit. Karena ruh itu sdh terkenal di langit maka dibukalah pintu langit pertama, kemudian secara bersama-sama mengantarkan ke langit berikutnya hingga langit ke tujuh.
7. Alloh berfirman,
Tulislah catatan hidup hamba-KU ini di  dalam Surga
'Illiyyin (tempat yg paling tinggi), lalu kembalilah ruh itu ke bumi atas perintah Alloh
8. Setelah ruh itu dikembalikan ke jasadnya, datanglah dua malaikat. Itulah malaikat Munkar Nakir.....
Kedua Malaikat itu mendudukannya seraya bertanya,......

bersambung ...

Kamis, 06 Februari 2020

Eksistensi Tuhan, Surga dan Neraka

Beberapa waktu yang lalu, dalam sebuah acara wawancara eksklusif, yang diunggah dalam You Tube, ada seorang pemuda yang menyatakan bahwa dirinya tidak percaya dengan adanya Tuhan, apalagi surga dan neraka. Hal ini dapat dinilai cukup mengejutkan, karena latar belakang dari pemuda yang mengucapkan kata tersebut memiliki keterkaitan yang cukup sangat erat dengan Islam. Akan tetapi, menurut pernyataannya, karena ada suatu peristiwa yang sangat membekas di dalam hatinya, maka hal itu membuatnya tidak lagi mempercayai adanya Tuhan, bahkan mengingingkari adanya surga dan neraka.
Lalu, pada suatu kesempatan, ada sebuah pertanyaan dari pewawancara tentang perihal gadis yang ingin dinikahi oleh pemuda tersebut. Jawaban yang keluar dari pemuda tersebut cukup mencenggangkan. Pemuda tersebut menyelipkan kata “Aamiin” pada jawaban yang diutarakannya. Hal ini seakan menggambarkan bahwa beliau sedang sangat berharap, tetapi beliau tidak bisa menjamin sepenuhnya itu terjadi, maka muncullah kata “Aamiin”. Padahal sebagai seorang yang menyatakan dirinya tidak percaya dengan keberadaan Tuhan, kata tersebut tidaklah pantas keluar dari perkataannya. Hal ini jelas karena kata “Aamiin” adalah sebuah doa harapan seseorang agar keinginannya terpenuhi, maka otomatis kata tersebut pastinya ditujukan kepada “Sosok” yang Maha Mampu untuk mengabulkan semuanya. Oleh karena itu, ketika beliau mengatakan kata “Aamiin”, kepada siapakah kata tersebut ditujukan? padahal beliau sendiri tidak mempercayai adanya Tuhan.
Melalui kisah tersebut, banyak pelajaran yang dapat diambil darinya. Pelajaran pertama, bahwa manusia adalah makhluk yang lemah. Bagaimanapun seorang manusia mengira bahwa dirinya hebat, kuat dan bahkan tak terkalahkan, tidak akan mengubah fakta bahwa manusia adalah sosok makhluk yang lemah. Bahkan dalam ilmu sosiologi, manusia dikatakan sebagai makhluk social, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup tanpa bantuan makhluk atau manusia lainnya. Dalam sejarah manusia, dari manusia paling awal, yaitu Nabi Adam as, hingga sekarang tidak ada seorang manusiapun yang dapat hidup di tengah gurun pasir sendirian. Manusia pasti membutuhkan makhluk atau manusia lain untuk hidup, bahkan Nabi Adam as pun membutuhkan istrinya Hawa untuk hidup. Hal ini dibuktikan dengan pencarian Nabi Adam as terhadap Hawa. Begitu pula ketika sakit, manusia butuh pertolongan dari manusia lain, bahkan untuk makan dan minum serta pakaian yang dikenakan, tidak dapat dihitung seberapa banyak manusia yang terlibat dalam prosesnya. Hal ini menggambarkan dengan jelas bahwa manusia adalah makhluk yang lemah, bahkan untuk kehidupan sehari-harinya manusia membutuhkan bantuan makhluk atau manusia lain, apalagi dalam urusan kepuasan dan ketenangan batin. Sangatlah jelas bahwa manusia sangat membutuhkan “Sosok” yang menjadi tempat bergantung, sehingga kepuasan, ketenangan dan kebutuhan batin serta jasmani terpenuhi. “Sosok” yang mampu dijadikan tempat bergantung itulah yang disebut Tuhan. Oleh karena itu, tidaklah dapat dipungkiri bahwa Tuhan itu ada, karena jelas manusia sesombong apapun dia, dengan menganggap dirinya tidak butuh “Sosok” yang dianggap Tuhan, pada suatu titik, manusia akan membutuhkan “Sosok” yang dianggap mampu untuk menyelesaikan permasalahan hidup dan menjadi tempat bergantungnya.
Adapun Tuhan yang tepat menjadi tempat bergantung manusia pastinya haruslah lebih baik dalam segala hal, daripada manusia itu sendiri, baik itu dalam hal kemampuan, kekayaan dan sebagainya. Hal ini dikarenakan Tuhan akan menjadi tempat meminta manusia dalam hal apapun. Oleh karena itu, Tuhan haruslah dianggap luar biasa oleh manusia yang akan memintanya. Sesuatu yang dianggap biasa, tidaklah pantas disebut Tuhan, sebagai tempat bergantung dalam segala hal. Oleh karena itu, ketika manusia takjub dengan sesuatu yang dianggapnya mampu untuk memberikan kehidupan dan menghadirkan keajaiban, itulah “Sosok” yang dianggap Tuhan.
Berdasarkan hal tersebut, maka manusia banyak yang menjadikan matahari sebagai Tuhan, karena tanpa matahari tidak ada kehidupan di dunia ini. Begitu juga bulan yang indah, bintang, hutan dan laut yang memberikan kehidupan bagi orang-orang di sekitarnya, bahkan manusia yang memiliki keagungan dan kekuasaan, serta manusia yang dikatakan sebagai anak Tuhan, dan sebagainya. Dari semua yang sudah disebutkan dan dianggap sebagai Tuhan oleh manusia, jika diperhatikan dengan seksama, maka semua itu tidaklah pantas disebut Tuhan. Hal ini dikarenakan setiap dari sesuatu yang telah disebutkan, membutuhkan sesuatu yang lain untuk memberikan manfaat atau membuat keajaiban bagi manusia. Matahari tidak akan mampu untuk membuat tumbuhan, hewan, bahkan manusia untuk hidup, jika tidak ada air. Begitu juga bulan yang tidak akan menjadi indah tanpa bantuan matahari, hutan dan laut tanpa bantuan dari matahari tidak akan memberikan manfaat bagi manusia. Pada intinya, jika semua itu sama dengan manusia yang tidak mampu hidup dengan bantuan dari makhluk atau manusia lain, pantaskah sesuatu itu disebut dan dianggap sebagai Tuhan? Tentu saja tidak.
Berdasarkan kesepakatan tentang deinisi Tuhan, maka dalam agama Islam, “Sosok” Tuhan disebutkan secara sederhana dan gamblang, tetapi sempurna. Artinya dalam agama Islam, “Sosok” Tuhan adalah sama dengan definisi Tuhan yang telah disepakati, meskipun dengan penjelasan yang sederhana. Hal ini berdasarkan sumber pedoman hidup utama umat Islam itu sendiri, yaitu Al-Qur’an, dalam surat Al-Ikhlas ayat 3 dan 4, yaitu “Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan”, artinya Dia adalah “Sosok” yang Tunggal, tidak hadir karena ada suatu sebab. “Dan tiada satupun yang menyerupai-Nya”, artinya dalam segala hal Dia adalah “Sosok” yang berbeda dari siapapun. Ciri-ciri inilah yang pantas disebut dengan Tuhan, yang dalam Islam disebut Allah yang Maha Suci dari kekurangan, dan Maha Tinggi kedudukan, derajat dan keagungan-Nya dibandingkan dari semua benda atau makhluk yang disebut tuhan.
Adapun pelajaran kedua yang dapat diambil dari kisah tersebut adalah surga dan neraka pastilah ada. Setiap orang pastilah dituntut untuk melakukan keadilan atau menempatkan sesuatu pada tempatnya. Lalu bagaimana dengan Allah SWT? Pastinya Allah SWT juga memiliki keadilan. Jika keadlian manusia terkadang terasa janggal , maka Allah SWT sebagai Tuhan pastinya sifat  keadilan-Nya lebih baik atau sempurna daripada siapapun, termasuk manusia. Oleh karena itu, surga dan neraka adalah salah satu bentuk keadilan Allah SWT. Hal ini dikarenakan Allah SWT tidak mungkin menyamakan seorang yang berbuat kebaikan dengan keburukan. Dua hal ini jelas sangatlah bertentangan, sehingga tidak mungkin Allah SWT menyamakan kedua hal itu. Allah SWT sebagai pencipta seluruh alam semesta mempunyai hukum atau aturan main, sehingga haruslah diikuti aturan mainnya, karena memang Allah SWT lah yang menciptakan permainan ini. Ketika ada seseorang menyalahi sebuah aturan yang sudah Allah SWT buat, adalah sebuah keadilan dari Allah SWT, ketika Dia menyatakan bahwa seseorang tersebut telah bersalah, begitupun ketika seseorang melakukan permainan ini dengan benar, dengan tidak menyalahi hukum atau aturan main, maka adalah sebuah keadilan dari Allah SWT, ketika Dia menyatakan bahwa seseorang tersebut tidak bersalah. Lalu, sebagai konsekuensi bagi orang yang telah menyalahi aturan, Allah SWT akan menghukumnya dengan memasukkannya ke dalam neraka, begitu pula ketika seseorang yang melakukan permainan dengan benar, maka konsekuensinya Allah SWT akan memberikan hadiah untuknya, dengan memasukkannya ke dalam surga. Bukankah ini semua masuk akal?


Muhammad Fajrul Falakh W, S.Pd.I.
Penulis pengasuh Ponpes MBS
Lasem – Rembang.

Jumat, 17 Januari 2020

Dahsyatnya Kalimat Laa Ilaaha Illallah


Pada dasarnya, setiap orang akan merasakan keinginan untuk lebih dekat dengan orang yang dicintai atau disukainya. Sebagaimana rasa ingin selalu dekatnya anak terhadap ibunya, begitupun sebaliknya. Hal ini memanglah manusiawi, karena memang manusia adalah makhluk yang memiliki emosi, sehingga muncullah dalam hati manusia rasa suka, sedih, cinta, marah dan sebagainya. Adapun langkah kongkrit atau nyata dari perasaan emosional cinta adalah manusia ingin selalu mendekati orang yang dicintainya. Hal ini berlaku bagi semua orang, tak terkecuali Nabi Musa as.

Nabi Musa as, banyak di antara kalangan umat Islam yang mengenal beliau adalah pribadi yang “keras” dan “temperamental”. Hal ini memang tidak dapat dipungkiri, karena memang bisa dikatakan benar adanya. Namun, kata “keras” dan “temperamental” yang disematkan pada Nabi Musa as sekonyong-konyong dikonotasikan atau dimaknai sebagai pribadi atau watak yang tercela. Hal ini dikarenakan latar belakang masyarakat dakwahnya yang sebagian besar dikenal juga sebagai “pembangkang ulung”, sehingga apabila Nabi Musa as tidak “keras” dalam mendidik mereka, dan tidak memiliki sifat “temperamental” ketika sebagian masyarakat dakwahnya melecehkan Allah SWT, maka yang terjadi adalah bertambahnya kesombongan masyarakat dakwahnya. Oleh karena itu, konotasi atau makna pribadi yang “keras” dan “temperamental” pada Nabi Musa as sebenarnya adalah wujud nyata dari perasaan emosional cintanya kepada Allah SWT. Nabi Musa as tidak mau masyarakat dakwahnya menjauh dari Dzat yang sangat dicintainya itu. Nabi Musa as tidak mau Dzat yang sangat dicintainya atau perintah dan aturan-Nya dilecehkan oleh masyarakat dakwahnya sendiri.
Meskipun Nabi Musa as sudah berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT lewat dakwahnya, yaitu dengan mendidik masyarakat dakwahnya, Nabi Musa as tidak ingin berpuas diri. 

Beliau masih ingin lebih dekat lagi dengan Dzat yang sangat dicintainya itu. Hal ini wajar, karena memang Nabi Musa as, selain dengan dakwahnya, yang menjadi cara untuk mendekatkan dirinya kepada Allah SWT, adalah salah satu dari dua Nabi dan Rasul yang diberikan keistimewaan untuk berkomunikasi langsung dengan Allah SWT, Tuhan semesta alam dan yang mengutusnya untuk menjadi penerang umat. Oleh karena itu, adalah sebuah kewajaran ketika seseorang mempunyai keistimewaan pada dirinya, seseorang tersebut ingin menjadi lebih baik daripada orang lain, dalam makna kebaikan, bukan sebaliknya.

Rasulullah saw mengabadikan salah satu percakapan antara Nabi Musa as dengan Allah SWT, tentang harapan Nabi Musa as agar Allah SWT memberikan sesuatu yang dapat membuatnya lebih dekat lagi kepada-Nya. Harapan beliau, yaitu Nabi Muhammad saw, pastinya ketika mengisahkan percakapan antara Nabi Musa as dengan Allah SWT, akan memberikan dampak yang baik bagi seluruh umatnya. Oleh karena itu, sebagai umat Nabi Muhammad saw sudah sepatutnya menghayati dan mentadabburi kisah Nabi Musa as, yang diceritakan oleh nabi Muhammad saw dalam hadisnya. Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Sa’id Al-Khudriy, hingga tertulis dalam kitab hadis Hakim dan Ibnu Hibban. Nabi Musa as berkata: “Wahai Tuhanku, ajarkanlah kepadaku akan sesuatu, sehingga dengan sesuatu itu aku berdzikir dan berdoa kepada-Mu”, kemudian Allah SWT berfirman: “Hai Musa, ucapkanlah “Laa Ilaaha Illallah”. Musa berkata: “Wahai Tuhanku, setiap hamba-Mu mengucapkan hal ini. Allah SWT berfirman: “Hai Musa, seandainya langit yang berjumlah tujuh serta seluruh penghuninya, selain Aku, dan bumi yang berjumlah tujuh diletakkan dalam satu timbangan, kemudian kalimat “Laa Ilaaha Illallaah” dalam satu timbangan lainnya, maka kalimat “Laa Ilaaha Illallaah” akan lebih berat timbangannya.

Hadis ini menggambarkan betapa agungnya kalimat tauhid, bahkan untuk seluruh alam semesta kecuali Allah SWT tidaklah sebanding dengannya. Padahal untuk mengarungi seluruh alam semesta tidaklah cukup dengan waktu setahun atau dua tahun, tetapi lebih dari puluhan ribu tahun lamanya. Bahkan akal seorang manusia sendiri tidak akan mampu untuk membayangkan bagaiman batas dari alam semesta itu. Hal ini menggambarkan betapa besarnya kalimat tersebut, sehingga dengan langit dan bumi serta segala isinya lebih agung keagungannya. Selain itu, kalimat tauhid adalah sesuatu yang paling agung di sisi Allah SWT. Hal ini berdasarkan jawaban Allah SWT atas aduan Nabi Musa as yang mengatakan bahwa setiap hamba Allah SWT juga pasti mengucapkan kalimat tauhid. Selain menjadi kalimat yang paling agung di sisi Allah SWT, kalimat tauhid adalah ucapan yang paling baik untuk mengingat dan berdoa kepada Allah SWT. Ketika ada suatu ucapan yang paling disuaki oleh Allah SWT, kemudian seseorang menggunakannya untuk berdoa, maka adalah sebuah keniscayaan Allah SWT menolak doa seseorang tersebut. Oleh karena itu, gunakanlah kesempatan ini untuk menambah pahala dan keterkabulan doa, yaitu dengan mengucapkan kalimat tauhid.

Meskipun kalimat tauhid adalah ucapan yang sederhana, bukan berarti saat mengucapkan kalimat tersebut tanpa adanya sebuah penghayatan alias sebuah respon biasa. Hal ini dikarenakan pada kalimat tersebut menandakan bahwa seorang hamba benar-benar menyatakan diri bahwa dia tidak menyembah Tuhan selain Allah SWT, serta bersedia untuk mengikuti seluruh tuntunan-Nya dan menjauhi larangan-nya. Oleh karena itu, meskipun ketika seorang hamba sudah menyatakan ucapan itu berkali-kali dalam doanya, tetapi dia masih berbuat syirik, maka jelas Allah SWT tidak akan mengabulahn doanya. Begitu juga ketika seorang hamba sudah menucapkan kalimat tauhid di setiap doanya, tetapi dia masih memakan barang-barang yang bersifat haram, yang termasuk larangan Allah SWT, maka sudah pasti Allah SWT tidak akan mengabulkan doanya. Berdasarkan hal ini, maka yang menjadi cermin ketika doa dan keberkahan tidak didapati dalam diri, adalah hati dan diri sendiri, sudahkah diri ini menyatakan dengan benar-benar kalimat tauhid ataukah belum? 

Muh. Fajrul Falakh W
Pengasuh Ponpes MBS Lasem Rembang

Jumat, 10 Januari 2020

Harapan Keberkahan Tahun 2020 Dengan Istiqomah

Membuka lembaran baru di tahun ini adalah ibarat menambah file baru kehidupan. File-file lama telah kita torehkan dengan segala suka dan duka. Agar file baru penuh keberkahan penuhi dengan semangat Istiqomah menuju Husnul Khotimah. Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
          Tahun lalu penuh dengan file-file. File kehidupan tersebut ada sebagian yang mengandung virus. Dosa adalah virus, kemaksiyatan adalah virus, menyakiti, tersakiti, memfitnah, difitnah, mencaci, dicaci, sedih, iri, dengki, dendam, dll. Itu semua virus. Membersihkan file lama yang penuh dengan virus itulah yang dimaksud: waltandhur nafsun maa qoddamat:
memperhatikan apa yang telah diperbuat. Untuk masa depan yang lebih baik.
                                      Masa depan yang penuh tantangan agar berkah bekalnya adalah Istiqomah. Alloh subhanahu Wata’ala berfirman dalam surat 72 ayat 16 

Dan bahwasanya: jikalau mereka tetap berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), benar-benar Kami akan memberi minum kepada mereka air yang segar (rezeki yang banyak). (Rezeki yang melimpah ruah bagai air yang mengalir sangat deras) Orang yang Istiqomah dalam perjalanan hidupnya akan mendapatkan rezeki bagaikan air yang mengalir deras.

Juga dalam surat lain, Alloh berfirman,
 Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".(QS. Fushshilat ayat 30)

Huruf Nashob dan berfungsi penguat (yang menunjukkan sesungguhnya) yang membuat isim menjadi manshub dan khobarnya marfu ditetapkan atas fathah suatu ketetapan baginya.
Huruf yang berfungsi memfathahkan bermakna membuka atau mengawali suatu perbuatan  untuk perbuatan selanjutnya.
قَالُوا۟ =
Mereka mengucapkan. Mengucapkan dengan kata-kata yang baik itu sebagai penguatan jiwa atau motivasi. Ucapan yang diulang-ulang itu akan menggerakkan harapan keberkahan. Dalam bahasa lainnya adalah doa.
رَبُّنَا ٱللَّهُ=
Robb kami adalah Alloh. Rububiyah berarti Alloh Robb yang merawat, yang menjaga saat sakit, yang memberi dan memenuhi kebutuhan, mengampuni dosa.
Segala aktifitas hidup ini yang akan dinilai adalah di hadapan Alloh adalah Ikhtiyarnya (lihat QS. 7: 172) dengan demikian Alloh turunkan Malaikat spesial yang selalu menemani sampai kita wafat.

Tenang, tidak sedih dengan hidup, serta Alloh berikan kemantapan jiwa dalam hatinya akan surga yang sudah dijanjikan

Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Huud nayat 112)

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. (QS. Al Ahqof  ayat 13)

Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al Ahqof  ayat 14)

MAKNA ISTIQOMAH
Istiqomah adalah berpegang teguh kepada syariat Allah seperti yang disyariatkanNya dan didahului dengan niat ikhlas karena-Nya.
1.     Istiqama, yastaqimu, istiqamatan yakni tegak lurus. (Bahasa)
2.     Sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen (KBBI)
3.     Sebuah komitmen dan konsisten dalam tauhid, ibadah, dan akhlak (Istilah)
4.     Tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun (Abu Bakar Ash Shissiq)
5.     Anjuran untuk bisa bertahan dalam sebuah perintah dan larangan serta tidak berpaling dari yang lainnya (Umar ibn Khoththob)
6.     Ikhlas (Usman Ibn Affan)
7.     Tindakan melakukan suatu kewajiban (Ali Ibn Abi Tholib)
8.     Tiga makna dengan lisan, jiwa dan hati (Ibnu Abbas)
9.     Selalu taat kepada Allah Ta’ala baik melelui keyakinan, perkataan, maupun perbuatan (Imam Al-Qurthubi)

MANFAAT ISTIQOMAH
1. Senantiasa Dalam Kebaikan
2. Menghindarkan Yang Jahat
3. Tahan Terhadap Godaan

BIAR TETAP ISTIQOMAH
1. Ikhlaskan Niat
2. Lakukan Amalan Secara Bertahap
3. Bersabar
4. Berdoa

TIGA TINGKATAN ISTIQOMAH (Ibnul qoyyim)
1.     Beramal Dengan Rajin Tanpa Berlebih-lebihan
2.     Senantiasa Bisa Membedakan Antara Yang Dicintai Dan Yang
Dibenci
3. Selalu sadar dan menjauhi kelalaian

TIGA KABAR GEMBIRA AHLI ISTIQOMAH
1. Jangan kalian takut [ أَلَّا تَخَافُوا۟]Jangan takut amalmu ditolak karena Allah telah menerimanya (Imam Atha bin Abi Robah). Jangan takut masa depanmu di akhirat (Imam Ikrimah)
2. Jangan sedih[وَلَا تَحْزَنُوا۟] Jangan sedih memikirkan anak cucumu yang engkau tinggalkan karena Allah yang menanggung mereka (Imam Mujahid). Jangan sedih kamu memikrkan dosamu karena Allah telah mengampuninya (Imam Atha dan Ikrimah)
3. Bergembiralah dengan Jannah[ وَأَبْشِرُوا۟ بِٱلْجَنَّةِ].Dalam tafsir Al-Qurtubi Jannah itu adalah janji Allah. Janji Allah yang tidak pernah diingkari-Nya

DOA-DOA AGAR ISTIQOMAH
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ [٣:٨]
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)".
 اللهم انت ربَّنَا فَارزُقنَا ٱلأِسْتقَـاٰمة
 "Ya Allah Engkaulah robb kami, berikan kepada kami Rezeki untuk terus istiqomah
اَللَّهُمَّ اَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Ya  Alloh tolonglah aku untuk berdzikir mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu, serta beribadah dengan baik kepada-Mu”
اللهم انى اعوذ بك من الحَوْرِ بعد الكَوْرِ
“Ya Alloh aku berlindung kepada-Mu dari terpeleset (landasan yang benar} setelah mendapat hidayah”
         
AGAR ISTIQOMAH DI BULAN RAMADHAN
uاللهمّ قَد اَظَلَّنَا شَهْرُ رمضان- وَحضرَ فَسَلّمْهُ لَنَا وَسَلّمْنَا لَهُ-  وَارْزُقْنَا فِيْهِ اْلجِدَّ وَالاِجْتِهَادَ والقوَّةَ وَالَّنشَاطَ- وَاَعِذْنَا فِيْهِ مِنَ اْلِفَتن
“Ya Allah sesungguhnya bulan Ramadhan telah menaungi kami dan telah hadir karena itu sampaikan Ramadhan kepada kami dan selamatkan kami (hingga  mampu beramal) di bulan Ramadahan. Karuniakanlah kami kemampuan (berpuasa dan shalat) di dalamnya, berilah kami (semangat) kesungguhan, kekuatan, dan rajin (istiqomah dalam beribadah). Lindungilah kami dari berbagai fitnah (musibah, bencana, dan  azab yang mengancam kami) (Ibnu Rajab, Lathoiful Maarif halaman 196-203).” o


Oleh Alif Syarifuddin

Jumat, 03 Januari 2020

Tergelincir

Sejak zaman nabi Adam AS tugas utama iblis dan syetan adalah menggelincirkan hingga hari kiamat untuk menyesatkan manusia dari jalan yang benar dan mengajak nya ke neraka,  ingat lah sumpah serapah syetan sangat tegas dan jelas di hadapan Allah swt tentang  perrmusuhannya  dengan sang Kholiq serta ingkar , sekaligus berupaya keras agar bisa mengajak manusia sebanyak banyaknya menjadi insan yang tidak bersyukur.

"(Iblis) menjawab, Karena Engkau telah menghukum aku tersesat, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus,"(QS. Al-A'raf 7: Ayat 16)

"Ia (Iblis) berkata, Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi dan aku akan menyesatkan mereka semuanya," (QS. Al-Hijr 15: Ayat 39)

"Sungguh,  syetan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala." (QS. Fatir 35: Ayat 6)

Harus bersikap hati-hati agar tidak tergoda oleh bujuk rayunya syetan. Mohon perlindungan kepada Allah SWT dan menjadi manusia yang selamat:

1. Kisah Nabi Adam as
"Dan Kami berfirman, Wahai Adam!  Tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. (Tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim!"

"Lalu,  syetan memerdayakan keduanya dari surga sehingga keduanya dikeluarkan dari (segala kenikmatan) ketika keduanya di sana (surga). Dan Kami berfirman, Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain. Dan bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 35-36)

2.KETIKA VONIS DIBACAKAN.
"Dan syetan berkata ketika perkara (hisab) telah diselesaikan, Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekadar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku tidak dapat menolongmu, dan kamu pun tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu menyekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu. Sungguh, orang yang zalim akan mendapat siksaan yang pedih." (QS. Ibrahim 14: Ayat 22)

3. Cara syetan menggoda manusia

Ada beberapa cara yang  syetan lakukan untuk menggoda manusia agar tergelincir ke dalam jalan kemusyrikan  sehingga mereka lupa pada Allah dan malas beribadah sehingga  berakibat buruk, yaitu datang ny azab Allah SWT.

Adapun cara membuat manusia tergelincir ke dalam jalan kemusyrikan adalah:
1. Dihiaskan dengan sifat  kikir dan pelit .
(QS  2:219 dan 268)
2. Diberi kenikmatan dan maksiat dengan miras.(QS 5 :92)
3 .Diberi kebodohan dan was was dalam ibadah, sehingga manusia sering tidak lupa dan tidak khusyu.
(Qs An Nas 1-5)
4. Digoda  dengan ( wanita Qs 3:14)

Mohon perlindungan pada Allah agar terhindar dari godaan syetan dan sejenisnya supaya selamat  dunia akherat.
Qs AnNajm 32-34
Qs  41:36
QS  38: 74-84
QS   2:   208
QS 35 : 6
QS 36 : 60

GETUN
Oleh: Nashihudin

Kehidupan sehari-hari yang kita jalankan sekarang ini adalah sebuah sejarah yang akan tercatat, tersebut untuk dikembalikan pada setiap orang akan diminta pertanggungjawaban. Kematian akan menghampiri kita semua untuk memindahkan dari alam dunia ke alam akhirat.

"Setiap orang akan datang bersama (malaikat) penggiring dan (malaikat) saksi."

"Sungguh,  kamu dahulu lalai tentang (peristiwa) ini, maka Kami singkapkan tutup (yang menutupi) matamu, sehingga penglihatanmu pada hari ini sangat tajam." (QS Qhof :21-22)

Kehidupan manusia di dunia ini dihiasi oleh gula gula yang menggiurkan bagi sebagian orang. Karena semua gerakan mereka akan tercatat dan diminta pertanggungjawaban di akhirat nanti. Oleh karena itu jangan ada penyesalan setelah pindah alam.

Adapun orang orang yang getun dan menyesali digambarkan oleh Al-Qur'an:

1. Menyesal tidak mengambil jalan iman


"Dan orang-orang yang kafir, bagi mereka Neraka Jahanam. Mereka tidak dibinasakan hingga mereka mati, dan tidak diringankan dari mereka azabnya. Demikianlah Kami membalas setiap orang yang sangat kafir."

"Dan mereka berteriak di dalam neraka itu, Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami (dari neraka), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan,  yang berlainan dengan yang telah kami kerjakan dahulu. (Dikatakan kepada mereka), Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu untuk dapat berpikir bagi orang yang mau berpikir, padahal telah datang kepadamu seorang pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami), dan bagi orang-orang zalim tidak ada seorang penolong pun." (QS. Fatir 35: Ayat 36-37)

2. Tidak beramal shaleh

"(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata,  Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia),"

"agar aku dapat berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan.  Sekali-kali tidak!  Sungguh itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh barzakh sampai pada hari mereka dibangkitkan." (QS. Al-Mu'minun 23: Ayat 99- 100)

3. Menyesal karena tidak segera berinfaq

"Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), Ya Allah Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh."

"Dan Allah tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila waktu kematiannya telah datang.  Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Munafiqun 63: Ayat 11)


KEBENARAN AL QURAN
Oleh: Nashihudin
Al-Islam Telah berhasil mengeluarkan ummat manusia  belenggu kegelapan dari penyembahan berhala dengan mahluk kepada ajaran tauhid yang mengEsakan Allah SWT.

Orang orang yang masih belum sadar tentang kebenaran Al-Qur'an akan selalu diberi nasehat agar kembali pada jalan yang benar bertauhid kepada Allah SWT dan tunduk pada aturan-Nya. Era globalisasi harus nya semua orang bisa menggunakan akal fikir nya untuk melihat kebenaran Wahyu Al-Qur'an melalui ayat ayat qauniyah sebagai tanda kebesaran Nya dan ayat ayat qauliyah sebagai Wahyu tersurat dalam Al Qur'an.

"Katakanlah (Muhammad),  Wahai Ahli Kitab! Janganlah kamu berlebih-lebihan dengan cara yang tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti keinginan orang-orang yang telah tersesat dahulu dan (telah) menyesatkan banyak (manusia), dan mereka sendiri tersesat dari jalan yang lurus." (QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 77)

Ada beberapa nasehat untuk kita dalam rangka menjaga aqidah Islamiyyah menuju kemurnian tauhid:

1. Ada kekufuran

"Sungguh, telah kafir orang-orang yang berkata, Sesungguhnya Allah itu dialah Al-Masih putra Maryam. Padahal Al-Masih (sendiri) berkata, Wahai Bani Israil! Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu.Sesungguhnya barang siapa mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka sungguh, Allah mengharamkan surga baginya, dan tempatnya ialah neraka. Dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang-orang zalim itu." (QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 72)

2. PERNYATAAN Nabi ISA

"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, "Wahai 'Isa putra Maryam! Engkaukah yang mengatakan kepada orang-orang, jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua Tuhan selain Allah?" ('Isa) menjawab, "Mahasuci Engkau, tidak patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku. Jika aku pernah mengatakannya tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada-Mu. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala yang gaib." (QS. Al-Ma'idah: Ayat 116)

"Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (yaitu), "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu," dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di tengah-tengah mereka. Maka setelah Engkau mengangkatku ke langit, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkaulah Yang Maha Menyaksikan segala sesuatu." (QS. Al-Ma'idah: Ayat 117)

3. Jangan menjadi sasaran orang kafir

"Ya Allah  Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah dosa kami, ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkau Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana." (QS. Al-Mumtahanah: Ayat 5)
4. Meninggal kan tradisi orang orang Yahudi dan Nasrani dengan sabdanya rasululloh SAW

Dari Abu Sa’id Al-Khudriy, dari Nabi SAW, beliau bersabda,  “Sungguh kalian akan mengikuti langkah orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga walaupun mereka memasuki lubang biawak, kalian tetap mengikutinya”. Kami (shahabat) bertanya, “Ya Rasulullah,  apakah mereka itu kaum Yahudi dan Nashrani. Beliau bersabda,  “Lalu, siapa lagi ?”.  [HR. Bukhari juz 8, hal. 151]

Nashihudin
Ketua Majelis Tabligh PDM Jakarta Timur